Tentang Sebuah Mimpi

Agak aneh ya, disaat begitu banyak inspirasi bermunculan, saat itu adalah tengah malam. Sering kurasakan itu. Sering banget malah. Banyak coretan yang lahir pada saat waktu diam-diam berubah dalam kegelapan dan keheningan. Tapi itu semua masih sekedar coretan. Aku belum punya cukup dunia di dalam imajinasiku yang berlalu-lalang. Semuanya berlari! Sehingga sulit kutangkap. Sedih rasanya mengingat begitu banyak bibit cerita yang tersia-sia, yang disebabkan oleh waktu yang terburu-buru dan ingatan yang payah. Tapi mimpiku belum hilang. Semangatku masih berkobar. Keinginan itu tetap ada. Bahwa suatu saat aku akan melepaskan sebuah cerita yang sarat makna untuk memperkaya khasanah sastra. 

Setiap mimpi, jika tidak direndengi dengan usaha dan doa, tidak akan maju! Hanya akan berjalan ditempat, dan kemudian di satu masa yang akan datang, kau akan mengingat itu dan menyesal. Sudah kugambar mimpiku, kubuat dalam bentuk sketsa. Dan sudah pula kutetapkan tujuanku dengan berbagai asa. Nah sekarang tinggal bagaimana aku akan menjalani untuk menggapainya. Berproses. Ya, berproseslah. Aku akan dengan senang hati melewatinya. Yang Maha Kuasa telah membentangkan karpet merah untuk kita semua. Tugas kita adalah berjalan melewatinya, bukan hanya untuk mencapai ujung karpet tetapi juga untuk membersihkan segala daun yang berguguran dan melewati batu yang berceceran disepanjang karpet itu.

Aku mungkin bukan penulis yang baik. Bukan penutur cerita yang menarik. Tapi aku tetap mencintai dunia kata-kata. Aku mencintai deretan buku-buku di rak. Aku mencintai buku yang baru berpisah dari plastiknya sehingga menimbulkan aroma yang sangat khas dan manis. Aku mencintai untaian kata yang membentuk sebuah kalimat, membentuk sebuah paragraf, membentuk sebuah bab, hingga akhirnya membentuk sebuah kisah yang mempermainkan imajinasi. Aku sangat mencintai hal ini.

"Penulis yang baik tidak akan menunggu waktu yang tepat untuk menulis. Karna jika dia melakukan hal itu, selamanya dia tidak akan menulis"