Saturday, March 8, 2014

Book Review - Therese Raquin by Émile Zola



Judul: Therese Raquin
Penulis: Émile Zola
Penerjemah: Julanda Tantani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 336 pages
Skor: ♥♥♥ /5

Selasar suram di daerah Passage du Pont-Neuf, Paris, merupakan sebuah jalan sempit yang kumuh. Sinar matahari bahkan tak mampu menembus selasar itu. Selasar itu lembap dan kotor, sangat merepresentasikan pojok terkumuh dari kota Paris. Di selasar itu, terdapat sebuah toko peralatan menjahit yang dikelola oleh Mme Raquin. Toko itu dibeli dengan murah oleh Mme Raquin. Di toko yang menyatu dengan apartemen itu, Mme Raquin tinggal bertiga dengan Camille, anak lelaki kesayangannya, dan Therese, anak perempuan yang diadopsi oleh Mme Raquin. Camille dan Therese seumuran, dan keduanya telah dinikahkan oleh Mme Raquin dengan harapan, Therese mampu menjaga dan merawat Camille suaminya yang penyakitan sejak kecil. Kehidupan toko yang monoton ternyata membuat Therese bosan setengah mati. Sebenarnya, Therese sudah bosan pada kehidupan yang diberikan oleh Mme Raquin sejak saat dia masih kecil. Namun, dia tak dapat berbuat apa-apa karena bagaimanapun juga, hidupnya bergantung pada belas kasih Mme Raquin.

Camille bekerja di kantor Perusahaan Kereta Api Orleans dengan gaji 100 franch sebulan dan dia sangat senang akan hal itu. Hingga suatu hari, dia bertemu dengan Laurent, sahabatnya semasa sekolah dulu yang ternyata juga bekerja di kantor yang sama. Ketika Camille membawa Laurent untuk berkunjung kerumahnya, Therese yang selama hidupnya jarang  berhubungan dengan dunia luar dan bertemu dengan banyak orang langsung tertarik ketika melihat perawakan Laurent yang sangat berbeda dengan suaminya yang sakit-sakitan. Laurent bertubuh tegap, berisi dan mempunyai wajah yang menarik. Tak perlu waktu lama untuk Therese mulai menyukai Laurent.

Sementara itu, Laurent pada awalnya hanya melihat Therese sebagai istri temannya. Namun kehidupan Laurent yang pas-pasan membuatnya berpikir bahwa sebenarnya Therese bisa dimanfaatkan untuk memuaskan dirinya tanpa perlu merogoh kocek yang dalam dan bahkan, tak perlu sama sekali. Untuk itu mulailah dia dan Therese terlibat dalam sebuah perselingkuhan. Namun, mereka kemudian mulai menganggap bahwa Camille adalah sebuah halangan dan memutuskan untuk melenyapkannya. Maka rencana jahat yang sangat keji pun disusun dan siap untuk dilaksanakan.

Hm, lagi-lagi tema psikologis. Namun kali ini lebih runyam dan penuh emosi. Penjabaran karakter yang sangat detail memang patut dipuji dalam novel ini. Tetapi, seperti biasa yang selalu terjadi dalam novel-novel klasik adalah; bahasa yang bertele-tele. Penyampaian detail yang diulang-ulang, basa-basi omong kosong khas cerita klasik, dan penjelasan kurang penting lainnya yang bertaburan di novel ini. Tapi aku gak ngritik sih, karena aku udah maklum, sastra klasik mah hampir semua kayak gini! Sebut aja, Dracula-nya Bram Stoker, Pride & Prejudice-nya Jane Austen, The Phantom of the Opera-nya Gaston Leroux atau Frankenstein-nya Mary Shelley. Tapi memang, dalam Therese Raquin karakter-karakternya digambarkan dengan lebih akurat.

Yang aku tangkap dari para karakter-karakter disini adalah, mereka semua pribadi yang egois. Terutama Laurent, dan entah kenapa aku benci banget sama karakter cowok macam Laurent ini. Dia itu udah punya kerja yang gajinya lumayanlah... tapi dia merasa itu kurang. Dan tau gak apa tujuannya menikahi Therese? Untuk numpang hidup. Untuk jadi parasit. Dia berharap Therese bakal memberinya uang saku tiap bulan (karena Therese dapet warisan dari Mme Raquin), dan memaksa Therese untuk menyewakan sebuah studio supaya Laurent bisa berhenti kerja di kantor dan memulai kehidupan baru sebagai pelukis dengan harapan, dirinya bisa punya waktu lebih untuk bersantai-santai ketimbang ketika dia bekerja di kantor. Wey? Cowok kamp*et macem apa inih? Dimana-mana cowok itu kan punya hasrat yang lebih menggebu-gebu untuk membuktikan bahwa dirinya bisa sukses melebihi siapapun? Tapi ya inilah permainan karakter yang diceritakan oleh Émile Zola.

Dan lagi, jangan mentang-mentang covernya manis dan elegan bergaya klasik gitu terus kalian mikirnya ini novel romance yang so sweet. Big NO. Gak ada adegan cinta-cintaan yang bikin melting atau bikin senyum-senyum sendiri. Yang ada hanya orang-orang yang terlalu memuja zona nyaman dalam hidup, dengan nafsu duniawi yang besar, licik, tak terkontrol dan rada-rada stress. Tapi memang, buku ini bagus bila kalian memang penggemar sastra klasik :)

Therese Raquin dipublikasikan pertama kali tahun 1867 dalam bentuk serial di journal L'Artiste dan diterbitkan dalam bentuk buku pada Bulan Desember tahun yang sama. Karya Émile Zola yang berairan naturalism memiliki kejujuran tentang kerasnya kehidupan, termasuk kemiskinan, rasisme, prasangka, kekerasan, penyakit, korupsi, prostitusi dan sebagainya. Akibatnya, penulis naturalistik sering dikritik karena terlalu fokus pada manusia dan penderitaannya. Karena itulah di awal buku Therese Raquin ini ada pendahuluan yang diberikan Émile Zola kepada pembacanya agar tidak kaget dengan bahasa-bahasa dan keterbukaan yang ada dalam cerita. Tapi menurutku buku ini gak sevulgar itu kok, belum ada apa-apanya kalo dibanding novel The Wolf & The Dove-nya Kathleen E.Woodiwiss -_-

No comments:

Post a Comment