Tuesday, April 22, 2014

Book Review - Divergent by Veronica Roth



Judul: Divergent
Penulis: Veronica Roth
Penerjemah: Anggun Prameswari
Penerbit: Mizan Fantasy
Halaman: 543 pages
Skor: ♥♥♥/5

In Beatrice Prior's dystopian Chicago world, society is divided into five factions, each dedicated to the cultivation of a particular virtue--Candor (the honest), Abnegation (the selfless), Dauntless (the brave), Amity (the peaceful), and Erudite (the intelligent). On an appointed day of every year, all sixteen-year-olds must select the faction to which they will devote the rest of their lives. For Beatrice, the decision is between staying with her family and being who she really is--she can't have both. So she makes a choice that surprises everyone, including herself.

During the highly competitive initiation that follows, Beatrice renames herself Tris and struggles alongside her fellow initiates to live out the choice they have made. Together they must undergo extreme physical tests of endurance and intense psychological simulations, some with devastating consequences. As initiation transforms them all, Tris must determine who her friends really are--and where, exactly, a romance with a sometimes fascinating, sometimes exasperating boy fits into the life she's chosen. But Tris also has a secret, one she's kept hidden from everyone because she's been warned it can mean death. And as she discovers unrest and growing conflict that threaten to unravel her seemingly perfect society, Tris also learns that her secret might help her save the ones she loves . . . or it might destroy her.

♡ blrub from Goodreads


Menurutku cerita buku ini lumayan, lumayan aneh. Ada beberapa poin yang bikin jidatku berkerut pas membacanya.  Semisal, kenapa faksi-faksi yang ada dalam cerita ini mirip kayak asrama-asrama di Hogwarts? Jika kalian penggemar fanatik Harry Potter, kalian akan mendapati secara obviously bahwa faksi Dauntless sama dengan Gryffindor, Amity mirip dengan Hufflepuff, dan Erudite adalah Revenclaw. Aneh banget kan? Pas aku baca aku juga ngerasa aneh.

Selain itu, disini diceritakan bahwa menjadi seorang Divergent itu berbahaya dsb, dsb, padahal, kalau seseorang itu pintar, jujur dan pemberani bukankah dia akan menjadi seorang pemimpin yang bagus? Kalau kita memberikan kekuasaan kepemerintahan hanya kepada orang yang gak mementingkan diri sendiri, kan belum tentu orang itu punya skill untuk mengelola sebuah negara. Dan lagi, disini diceritakan bahwa faksi Abnegation selain diberi kekuasaan di pemerintahan, juga menjadi dokter atau penyembuh. Padahal semua orang didunia juga tahu kalau mau jadi dokter itu kudu sekolah bertahun-tahun dan pada dasarnya memang harus punya otak yang beda dari orang kebanyakan. Jadi seharusnya,yang cocok jadi dokter ya Erudite, bukan Abnegation.

Terus, soal permainan tangkap bendera. Inget Percy Jackson seri pertama? Yang The Lightning Thief? Mirip kan ya? Lagi pula, tidak ada sinkronisasi antara faksi Dauntless dan pertandingan tangkap bendera. Karena, helloo... bukannya anak-anak Dauntless itu penjaga keamanan sejenis tentara? Harusnya mereka di training ala militer dong kalau itu memang pekerjaan mereka. Lagian, ancaman apa yang ada diluar sana sehingga Chicago (setting tempat novel ini) butuh dijaga juga gak jelas, atau mungkin belum diperjelas karena ini baru buku pertama. Semoga nanti ada jawabannya di Insurgent, buku keduanya.

Oh satu lagi, kenapa faksi Dauntless harus tinggal di bawah tanah? Padahal diceritakan bahwa gedung-gedung banyak yang nganggur karena manusia udah tinggal sedikit akibat Perang. Dan ini kemudian bikin aku keinget Hunger Games, yang Distrik 13-nya harus ditempatkan dibawah tanah karena memang harus begitu dan memiliki alasan yang jelas dan masuk akal.

Teruuuss, kenapa tokoh utama cowoknya harus bernama Four? Bikin keinget I Am Number Four. Teruus teruuss... di Chicago gak ada stasiun ya? Kok kalau mau naik-turun kereta kudu lompat-lompat. Mana keretanya tetep jalan pula. Iyaaa.. jadi anak-anak Dauntless tu kudu melompat dari kereta yang masih jalan kalo mau kemana-mana. Dan parahnya, yang gak bisa jaga keseimbangan ketika melompat bakalan jatuh trus mati karena rel keretanya sejajar dengan atap sebuah gedung bertingkat 8. Dituntut untuk berani sih berani, tapi kalau begitu ceritanya jadi terkesan agak goofy.

Ini bukannya mencari-cari kesalahan ato apa, tapi cuma mengungkapkan hal-hal yang aku anggap aneh aja. Ide ceritanya sih lumayan bagus untuk menambah dan memperkaya khasanah dystopian. Tris-nya juga lumayan sifat dan karakternya, walau gak sekeren Katniss :P

Tapi sayang, kisah cinta Four dan Tris gak berhasil bikin aku gregetan saking gemesnya kayak kisah cinta Katniss dan Peeta yang romantis dramatis itu. Kikiki. Entah deh, aku ngerasa kayak aku itu punya sentimen pribadi sama Tris dengan alasan yang aku sendiri juga gak tau apa #ngek.

Jadi intinya, membaca Divergent menyebabkan kerutan di dahi anda dan kita seolah-olah diajak untuk bertamasya ke berbagai cerita fiksi-fantasy dan dystopian seperti Harry Potter, Percy Jackson, The Hunger Games, dan I Am Number Four. Seakan-akan, penulisnya baru abis baca novel-novel itu dan kemudian memutuskan untuk membuat cerita dengan mencuil sepotong demi sepotong hal-hal yang ada di novel-novel itu. Hmph. Gak tau deh mau ngomong apa. Perasaanku abis baca Divergent cuma 'bukune wagu' (bukunya aneh). Apa karna baru buku pertama ya? Jadi masih sok-sok misterius.Semoga di Insurgent nanti ada pencerahan sehingga perspektifku bisa jadi lebih baik.

Yah semoga~


No comments:

Post a Comment