

Judul: The Girl On The Train
Penulis: Paula Hawkins
Penerjemah: Inggrid Nimpoeno
Penerbit: Noura Books
Format: Paperback
Halaman: 431 pages
Skor: ♥♥♥/5
Tidak akan ada penyelesaian, tidak ada kesimpulan. Aku berbaring terjaga memikirkannya dan merasa sedih. Mustahil ada penderitaan yang lebih besar, tidak ada sesuatu pun yang lebih menyakitkan daripada ketidaktahuan, yang tak kunjung berakhir.
-Rachel, page 196
Setiap pagi, Rachel selalu menaiki kereta yang sama dan melaju di jalur sama. Hidupnya dulu bahagia, sebahagia pasangan suami istri yang setiap pagi dilihatnya dari jendela kereta ketika kereta berhenti di sebuah perlintasan pinggiran kota London. Kehidupan pasangan suami istri tersebut tampak serasi lagi sempurna di mata Rachel, hingga suatu saat tanpa sengaja Rachel menyaksikan keberlangsungan sebuah adegan yang membuat pandangannya berubah 180 derajat. Pasangan tersebut tak lagi sempurna, tak lagi membuatnya iri, melainkan membuatnya bertanya-tanya; mengapa?
Rasa penasaran ini kemudian mendorong Rachel untuk menghampiri rumah pasangan tersebut, berbekal dengan sebuah kebohongan kecil. Gelembung keingintahuan yang kian membesar tersebut membuatnya terseret dan terlibat dalam kasus yang sedang menyelubungi kehidupan pasangan tersebut. Si wanita ternyata menghilang dan terancam telah tewas entah dimana. Ditambah, kehidupan masa lalu Rachel yang telah hancur hanya berjarak beberapa pintu dari rumah pasangan tersebut. Semakin diselidiki, semakin Rachel tak mengerti dan sementara itu kecanduannya terhadap alkohol semakin menjadi-jadi. Sebenarnya, ada apa?
Tokoh utama novel ini adalah Rachel, si gadis di kereta. Rachel yang pecandu alkohol, memiliki emosi yang tidak stabil, dan masih terbayang-bayang dengan masa lalu. Tetapi, dengan watak tokoh utamanya yang seperti ini, membuatnya terasa unik karena kita tidak bakal tahu apa yang akan diperbuatnya kemudian. Tetapi selain Rachel, ada juga Megan dan Anna. Jadi penceritaannya disampaikan dari sudut pandang masing-masing tiga tokoh wanita ini. Teknik penceritaan orang pertama seperti ini buatku lebih nyaman untuk diikuti karena selalu ada perasaan bahwa akulah tokoh utamanya, haha.
Novel ini cukup hype. Hampir seluruh akun bookstagram luar negeri yang ku-follow mem-post fotonya disertai kalimat-kalimat eksklamasi. Dilihat dari blurp dan judulnya, memang menjanjikan. Tapi sayang, pada waktu itu edisi Indonesianya belum terbit. Mau beli di Periplus, sayang duitnya hehehe. Tapi ternyata gak lama kemudian muncul juga terjemahannya, dengan cover yang menurutku lebih chic dibanding edisi aslinya. Awalnya aku mengharapkan cerita yang 'wow', dilihat dari kenyataan begitu banyak reviewer yang menggembar-gemborkan novel ini. Yah ceritanya memang enggak bisa dibilang jelek, ceritanya cukup cerdas, alurnya gampang diikuti, standar novel-novel thriller lah. Twist-twist di tengah jalan juga cukup banyak, tapi itu kan memang sebuah keharusan. Yang bikin aku puas adalah endingnya. Top. Karena benar-benar bikin kaget dan sama sekali enggak menyangka sebelumnya. But, just it.
Banyak yang mengatakan bahwa inti cerita novel ini setara dengan Gone Girl karya Gillian Flynn yang, sayangnya, belum kubaca tetapi untungnya, (setidaknya) sudah ku tonton filmnya. Dan memang setelah dicermat-cermati, kita bisa mendapatkan feel yang mirip antara keduanya. Namun aku lebih condong kepada Gone Girl yang terkesan lebih misterius meskipun untuk bagian ending, aku lebih memilih ending The Girl On The Train. Lebih terkesan tuntas dan melegakan. Secara keseluruhan, novel ini tidak buruk, tetapi tidak terlalu bagus juga. So-so.
Rasa penasaran ini kemudian mendorong Rachel untuk menghampiri rumah pasangan tersebut, berbekal dengan sebuah kebohongan kecil. Gelembung keingintahuan yang kian membesar tersebut membuatnya terseret dan terlibat dalam kasus yang sedang menyelubungi kehidupan pasangan tersebut. Si wanita ternyata menghilang dan terancam telah tewas entah dimana. Ditambah, kehidupan masa lalu Rachel yang telah hancur hanya berjarak beberapa pintu dari rumah pasangan tersebut. Semakin diselidiki, semakin Rachel tak mengerti dan sementara itu kecanduannya terhadap alkohol semakin menjadi-jadi. Sebenarnya, ada apa?
Tokoh utama novel ini adalah Rachel, si gadis di kereta. Rachel yang pecandu alkohol, memiliki emosi yang tidak stabil, dan masih terbayang-bayang dengan masa lalu. Tetapi, dengan watak tokoh utamanya yang seperti ini, membuatnya terasa unik karena kita tidak bakal tahu apa yang akan diperbuatnya kemudian. Tetapi selain Rachel, ada juga Megan dan Anna. Jadi penceritaannya disampaikan dari sudut pandang masing-masing tiga tokoh wanita ini. Teknik penceritaan orang pertama seperti ini buatku lebih nyaman untuk diikuti karena selalu ada perasaan bahwa akulah tokoh utamanya, haha.
Novel ini cukup hype. Hampir seluruh akun bookstagram luar negeri yang ku-follow mem-post fotonya disertai kalimat-kalimat eksklamasi. Dilihat dari blurp dan judulnya, memang menjanjikan. Tapi sayang, pada waktu itu edisi Indonesianya belum terbit. Mau beli di Periplus, sayang duitnya hehehe. Tapi ternyata gak lama kemudian muncul juga terjemahannya, dengan cover yang menurutku lebih chic dibanding edisi aslinya. Awalnya aku mengharapkan cerita yang 'wow', dilihat dari kenyataan begitu banyak reviewer yang menggembar-gemborkan novel ini. Yah ceritanya memang enggak bisa dibilang jelek, ceritanya cukup cerdas, alurnya gampang diikuti, standar novel-novel thriller lah. Twist-twist di tengah jalan juga cukup banyak, tapi itu kan memang sebuah keharusan. Yang bikin aku puas adalah endingnya. Top. Karena benar-benar bikin kaget dan sama sekali enggak menyangka sebelumnya. But, just it.
Banyak yang mengatakan bahwa inti cerita novel ini setara dengan Gone Girl karya Gillian Flynn yang, sayangnya, belum kubaca tetapi untungnya, (setidaknya) sudah ku tonton filmnya. Dan memang setelah dicermat-cermati, kita bisa mendapatkan feel yang mirip antara keduanya. Namun aku lebih condong kepada Gone Girl yang terkesan lebih misterius meskipun untuk bagian ending, aku lebih memilih ending The Girl On The Train. Lebih terkesan tuntas dan melegakan. Secara keseluruhan, novel ini tidak buruk, tetapi tidak terlalu bagus juga. So-so.
No comments:
Post a Comment