Tuesday, February 25, 2014

#BookReview - Catching Fire by Suzanne Collins


Judul : Catching Fire
Author : Suzanne Collins
Penerjemah : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 420 pages
Rate : ♥♥♥♥ /5

Because I’m selfish. I’m a coward. I’m the kind of girl who, when she might actually be of use, would run to stay alive and leave those who couldn’t follow to suffer and die. -Katniss Everdeen
Kemenangan Katniss dalam Hunger Games dan keberhasilannya membawa serta Peeta ternyata membuat Presiden Snow geram. Pihak Capitol merasa dipermainkan dan dipermalukan oleh Katniss dan menganggap apa yang telah dilakukan Katniss dengan buah-buah berry itu merupakan suatu bentuk pemberontakan. Capitol pun mulai mengawasi Katniss walau pada awalnya Katniss tak menyadari bahwa dirinya dimata-matai oleh Capitol.

Memenangkan Hunger Games ternyata tak semembahagiakan yang dibayangkan. Walau Katniss cukup berhasil beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai Sang Juara, dia tetap berburu ke hutan. Kisah cinta palsu antara Katniss dan Peeta yang dijual oleh Haymitch kepada penduduk Capitol sukses berat dan itu merupakan salah satu alasan mengapa Katniss masih tetap dibiarkan hidup oleh pemerintah Capitol. Namun, seusai Hunger Games, hubungan Katniss dan Peeta tak berjalan mulus dan keduanya malah jarang bertegur sapa sekembalinya ke Distrik 12. Katniss yang sibuk memikirkan akan seperti apa reaksi Gale tentang hubungan palsunya dengan Peeta, tanpa sadar telah membuat Peeta yang sebenarnya tulus mencintai Katniss, terluka. Namun demi keselamatan diri Katniss, Peeta dan keluarga mereka semua, Haymitch tetap meminta keduanya untuk meneruskan sandiwara sebagai sepasang kekasih. Jadilah mereka berdua tampil mesra dihadapan publik, namun jika sedang dirumah, mereka menjauhkan diri.

Inti dari Catching Fire ini adalah diselenggarakannya Quarter Quell dengan aturan istimewa sekaligus memuakkan, unsur politik dan nafas-nafas pemberontakan yang mulai memanas dan tentu saja, cinta segitiga antara Katniss, Peeta dan Gale. Entah kenapa aku gak bisa menikmati pertarungan di arena Quarter Quell karena menurutku garing jika dibandingkan dengan arena Hunger Games yang dulu. Bagiku, Quarter Quell ini terlalu maksa. Oke maksudku Capitol yang terlalu maksa. Intinya, banyak adegan pertarungan yang aku skip bacanya terutama yang menyangkut monyet-monyet sama medan gaya.

Sementara itu keplin-planan Katniss dalam memilih antara Gale atau Peeta lama-lama bikin aku jengkel juga. Aku sih bakal langsung milih Peeta yaa... tapi sekali lagi, siapalah aku ini sok-sokan milih. Mungkin Katniss menghadapi dilema yang serius karena Gale adalah satu-satunya lelaki yang selama ini dikenalnya sementara Peeta, hanyalah cowok yang baru ditemuinya sejak terpilihnya mereka di Hunger Games. Tetapi, walau kebersamaan Katniss dan Peeta tak sebanding dengan waktu yang dihabiskan Katniss dengan Gale, dalam hatinya Katniss menyadari bahwa dia tak bisa jauh dari Peeta. Satu kata untuk menjabarkan Peeta, so sweeeeet :*

Pemberontakan yang terjadi di distrik-distrik lain juga sudah mulai membuahkan hasil walau tentu saja, resiko yang harus dihadapi sangat besar. Dan juga, beredar desas-desus yang mengatakan bahwa Distrik 13 belum punah dan saat ini beroperasi secara clandestine. Apa benar? Tunggu aku baca Mockingjay dulu ya :3 yang jelas, ending buku kedua ini benar-benar gak memberi kesempatan kita untuk menghela napas karna ceritanya selesai disaat yang paling kritis!!


No comments:

Post a Comment