Judul : The Hunger Games
Author : Suzanne Collins
Penerjemah : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 408 pages
Rate : ♥♥♥♥♥/5
Okee.. mungkin ini agak ketinggalan zaman karena ternyata aku baru baca The Hunger Games sekarang. Yep, sekarang. Aku memang baru heboh setelah kehebohan itu sudah tak lagi heboh untuk orang lain. Contohnya ya ini, aku baru tertarik baca Hunger Games ketika melihat ratingnya yang cukup tinggi di Goodreads. Setelah searching dan ngintip-ngintip reviewnya dikit, akhirnya timbul keinginan untuk membacanya. Sebenarnya, aku selalu ketemu buku ini kalau lagi ngeceng di toko buku, tapi entah kenapa gak tertarik karena covernya gak eye-catching (tapi kemudian aku sadar bahwa quote "don't judge the book by it's cover" ada benernya). Hunger Games itu udah booming dari zaman kapaan deel? Gak usah bikin review-nya laah *setan berbisik. Bodo amat lah,
Author : Suzanne Collins
Penerjemah : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 408 pages
Rate : ♥♥♥♥♥/5
“To this day, I can never shake the connection between this boy, Peeta Mellark, and the bread that gave me hope, and the dandelion that reminded me that I was not doomed.”
― Suzanne Collins, The Hunger Games
Okee.. mungkin ini agak ketinggalan zaman karena ternyata aku baru baca The Hunger Games sekarang. Yep, sekarang. Aku memang baru heboh setelah kehebohan itu sudah tak lagi heboh untuk orang lain. Contohnya ya ini, aku baru tertarik baca Hunger Games ketika melihat ratingnya yang cukup tinggi di Goodreads. Setelah searching dan ngintip-ngintip reviewnya dikit, akhirnya timbul keinginan untuk membacanya. Sebenarnya, aku selalu ketemu buku ini kalau lagi ngeceng di toko buku, tapi entah kenapa gak tertarik karena covernya gak eye-catching (tapi kemudian aku sadar bahwa quote "don't judge the book by it's cover" ada benernya). Hunger Games itu udah booming dari zaman kapaan deel? Gak usah bikin review-nya laah *setan berbisik. Bodo amat lah,
Awal februari kemarin aku beli bookset Hunger Games di Togamas Sudirman yang lagi diskonan. Yup, diskonan. Tapi payah ah, cuma diskon 30% *ngelunjak. Dari harga awal 180k, turun jadi 126k. Lumayan lah, 50rebu lebih.. bisa buat beli buku yang lain. Tapi tanpa adanya diskonan ini pun sebenarnya Hunger Games series udah masuk ke wishlist-ku, jadi anggaplah aku beruntung.
Aku gak akan ngubek-ubek isi ceritanya, karena aku yakin kalian semua udah tau ceritanya kek gimana. Aku mau mengutarakan pendapatku aja mengenai buku ini.
Menurutku inti kisah Hunger Games ini tergolong ekslusif alias gak mainstream. Gak ada alien. Gak ada sihir. Yang ada hanyalah kecanggihan teknologi dan otoritarianisme. Kalo otoriter udah pasti diktator lah ya, baik secara terang-terangan maupun secara terselubung. Aku pernah baca dimana gitu, katanya cerita Hunger Games ini mirip sama sebuah film Jepang yang judulnya aku lupa, dan udah ngetop duluan sehingga Hunger Games diklaim sebagal hasil plagiarisme. Tapi berhubung aku belum pernah denger atau nonton film itu, jadi gak ngefek.
Yang paling aku suka dari cerita The Hunger Games adalah konsep bantai membantai yang dilakukan para peserta lomba. Bayangin, remaja-remaja yang harusnya fokus sekolah dan cinta monyetan *eh? malah dipaksa mempersiapkan diri untuk saling membunuh. Agak horor karena kita harus melihat anak-anak umur segitu punya nafsu membunuh dan haus darah tapi entah kenapa menantang, karena masa muda mereka gak plain. Hoho. Adegan paling menjijikkan bagiku adalah pada saat Cato diserang para mutt dan dicabik-cabik sampai akhirnya Katniss kasihan dan memanah mati Cato. Deskripsi Suzanne Collins yang terlalu sadis membuatnya tampak nyata dibayanganku.
Kisah cinta antara Katniss dan Peeta juga aku suka banget karena gak cengeng apalagi lebay. Hubungan penuh prasangka kayak gitu membuat yang baca jadi gregetan, rasanya pengen jambak rambut Katniss supaya jangan terlalu sering melancarkan praduga tak bersalah pada Peeta *oke, yang lebay malah aku. Disamping itu, Hunger Games juga mengajarkan untuk menghargai nilai-nilai persahabatan dan pengorbanan. Ketimpangan sosial juga disorot disini.
Mengenai filmnya, aku langsung nonton begitu selesai membaca bukunya. And to be honest, I'm disappointed with the actors. Di film Katniss kelihatan lebih tinggi dari Peeta, dan Gale kelihatan tua banget (walaupun dalam buku dia memang digambarkan lebih tua dari usianya, tapi tetep ajaa...). Dan rupa yang meranin Peeta jauuuh dari bayanganku. Yah tapi apa daya, siapalah aku ini berani ngritik-ngritik :(
Singkat kata, novel ini menarik karena menyuguhkan sesuatu yang baru dan menegangkan. Konsep reality show yang diangkat juga unik walau banyak yang mengkritik bahwa cerita Hunger Games terlalu kelam dan menyajikan unsur-unsur kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Tapi Hunger Games telah memberikan warna baru dalam genre fantasy dan yang lebih penting adalah, aku suka :D
Yang paling aku suka dari cerita The Hunger Games adalah konsep bantai membantai yang dilakukan para peserta lomba. Bayangin, remaja-remaja yang harusnya fokus sekolah dan cinta monyetan *eh? malah dipaksa mempersiapkan diri untuk saling membunuh. Agak horor karena kita harus melihat anak-anak umur segitu punya nafsu membunuh dan haus darah tapi entah kenapa menantang, karena masa muda mereka gak plain. Hoho. Adegan paling menjijikkan bagiku adalah pada saat Cato diserang para mutt dan dicabik-cabik sampai akhirnya Katniss kasihan dan memanah mati Cato. Deskripsi Suzanne Collins yang terlalu sadis membuatnya tampak nyata dibayanganku.
Kisah cinta antara Katniss dan Peeta juga aku suka banget karena gak cengeng apalagi lebay. Hubungan penuh prasangka kayak gitu membuat yang baca jadi gregetan, rasanya pengen jambak rambut Katniss supaya jangan terlalu sering melancarkan praduga tak bersalah pada Peeta *oke, yang lebay malah aku. Disamping itu, Hunger Games juga mengajarkan untuk menghargai nilai-nilai persahabatan dan pengorbanan. Ketimpangan sosial juga disorot disini.
Mengenai filmnya, aku langsung nonton begitu selesai membaca bukunya. And to be honest, I'm disappointed with the actors. Di film Katniss kelihatan lebih tinggi dari Peeta, dan Gale kelihatan tua banget (walaupun dalam buku dia memang digambarkan lebih tua dari usianya, tapi tetep ajaa...). Dan rupa yang meranin Peeta jauuuh dari bayanganku. Yah tapi apa daya, siapalah aku ini berani ngritik-ngritik :(
No comments:
Post a Comment