

Judul: Taken at the Flood (Mengail di Air Keruh)
Penulis: Agatha Christie
Penerjemah: Suwarni A.S.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 352 pages
Skor: ♥♥♥♥/5
Dalam hidup manusia ada pasang ada surut,
Bila arus pasang, nasib baik yang menanti...Bila diabaikan, maka perjalanan hidup akan terikatpada tempat yang dangkal, penuh kepedihan.Di laut lepas kini kita terapung.Dan kita harus mengikuti arus,Bila tak mau kehilangan kesempatan.
Hm, aku harus mulai dari mana ya?
Sebenernya
buku-buku Agatha Christie adalah salah satu buku yang paling susah ku
review karena terlalu kompleks. Secara fisik boleh imut-imut, tapi
isinya bener-bener padet dengan tokoh-tokohnya yang berbagai karakter.
Makanya sejauh ini belum ada satupun review buku Agatha yang kubuat.
Bingung, wkwkwk. Yah tapi kucoba deh,,
Rosaleen
sendiri dulu pernah menikah dengan seorang pejabat daerah Nigeria dan
bercerai karena suaminya itu meninggal. Beberapa tahun kemudian Rosaleen
bertemu Gordon di New York dan mereka menikah. Sementara itu, Gordon
Cloade adalah orang yang sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Saudara-saudaranya, yang berjumlah 7 orang, hampir seluruh kehidupan
mereka ditunjang oleh kekayaan Gordon. Ketika Gordon tewas dan mereka
mendapati bahwa seluruh kekayaan Gordon jatuh ketangan Rosaleen, boleh
dikatakan mereka tidak rela. Kepada 7 orang itu, 5 diantaranya telah
dijanjikan secara lisan oleh Gordon harta warisan yang banyak apabila
dirinya meninggal kelak. Namun tak ada surat wasiat yang resmi untuk hal
itu. Setelah Gordon menikah dengan Rosaleen, karena tak adanya surat
wasiat apapun, maka seluruh harta Gordon otomatis jatuh ketangan istri
barunya. Dan sekarang, 5 orang itu berada dalam situasi yang sangat
membutuhkan uang. Dan mereka baru bisa menerima bagian mereka apabila
Rosaleen meninggal sebelum mereka. 5 orang itu punya motif yang kuat
untuk membunuh Rosaleen.
Hingga 2
tahun kemudian, terjadilah pembunuhan di Warmsley Vale, desa tempat
seluruh keluarga Gordon tinggal. Tapi anehnya, yang terbunuh bukanlah
Rosaleen... Siapa?
----------
Once again,
I pay my full respect for grandmother Agatha Christie,
the Queen of Crime.

Entahlah, setiap abis baca buku Agatha emang bawaannya aku jadi tambah hormat sama beliau. Kisah-kisah beliau bener-bener epic! Undefeatable, unforgetable, and unbearable saking kerennya. Bener-bener author favoritku yang takkan terganti.
Kali
ini Papa Poirot kembali hadir mengintervensi kasus di Warmsley Vale.
Hercule Poirot didatangi oleh dua anggota keluarga Cloade, yang meminta
bantuannya untuk memecahkan kasus pembunuhan disana dan mengidentifikasi
siapa korban sebenarnya. Dan sekali lagi, aku sama sekali nge-blank. Nge-blank
dalam menduga-duga pelaku maksudnya. Yah, saya anjurkan kita jangan
pernah menebak-nebak siapa pelakunya jika sedang membaca kisah-kisah
Agatha Christie. Karena yang ada malah mbulet, kepala nyut-nyut'an,
dan emosi sendiri karena gak pernah berhasil tahu dengan usaha sendiri
siapa pembunuhnya dan trik apa yang dipakai sebelum selesai membaca.
Padahal sebenarnya, dalam cerita-cerita kek gini kita dituntun untuk
mendeduksi karena sebenernya dari awal banyak petunjuk-petunjuk yang
disebarkan pengarang. Tapi, yah, sel-sel kelabuku gak sehebat Hercule
Poirot jadi yang ada aku malah cengo sendiri kalo berani nyoba nebak-nebak -_-
Bagi yang mau tahu kelanjutan kasusnya, mending baca sendiri deh. Lebih asik baca sendiri. Karena aku juga males kalo harus menjabarkan panjang lebar isi bukunya, bingung! Sumpah. Lagian itu bisa melanggar kode etik pe-review-an buku (emang ada?) dan aku juga gak mau jadi pelaku spoiler. Yah, akhir kata saya minta maaf karena hanya menghasilkan review yang pendek dan menggantung ini. Lebih baik kayak gini aja, supaya kalian baca sendiri bukunya. Hohoo..
Bye

No comments:
Post a Comment