Eerie, beautiful, sad, but magicaly, stylish. That's the first impressions about this film. Awalnya aku ngambil film ini hanya karena ada Kristen Dunst-nya. Gak ada alasan lain, khehe, dangkal banget ya. Tapi kemudian ada satu lagi yang kusuka, sinematografinya, atau pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar fotografis untuk suatu sinema (kata Mr.Wiki). Sekali lagi aku terhipnotis oleh kualitas gambar film-nya yang oldies and vintage, yang kalau dalam istilah perfilman, film ini memiliki tone eye-candy dan vibrant. Pokoknya cantik, kesannya jadi pastel-pastel peach gimanaaa gitu. Aku akhir-akhir ini memang lagi heboh mengoleksi film-film jadul.
The Virgin Suicides adalah film adaptasi novel berjudul sama karya Jeffrey Eugenides yang terbit pertama kali pada tahun 1993. Filmnya sendiri dibuat oleh Sofia Coppola dan ditayangkan pada tahun 1999. Setting waktu cerita ini adalah Michigan, AS, tahun 70-an dan menceritakan tentang The Lisbon Sisters yang bunuh diri. Adalah Ronald Lisbon (James Woods), seorang guru matematika SMA dan istrinya, Sara Lisbon (Kathleen Turner) yang mempunyai lima orang anak gadis yang semuanya cantik-cantik dan blonde, haha. Mereka adalah Therese (17), Mary (16), Bonnie (15), Lux (14) dan Cecilia (13). The Lisbon Sisters ini adalah adolescents yang hidup dibawah pengawasan orang tua yang strict, otoriter, konservatif dan sangat religius.
Cast:
Leslie Hayman (Therese)
A.J.Cook (Mary)
Chelsea Swain (Bonnie)
Kristen Dunst (Lux)
Hanna R.Hall (Cecilia)
Film diawali dengan adegan bunuh diri Cecilia di bak kamar mandi. Cecilia berusaha mengiris nadinya dan tenggelam didalam bak dengan genangan air yang bercampur darahnya sambil menggenggam gambar Perawan Maria. Hm, opening yang cukup memorable buatku. Memang, bagian film yang paling banyak mempengaruhiku adalah openingnya. Hoho, it's kinda weird huh? Tapi beruntung Cecilia berhasil diselamatkan dan tak ayal berita percobaan bunuh diri Cecilia menjadi perhatian media dan masyarakat. Ketika bunuh diri pertama gagal, Cecilia pun mencoba lagi. Dia pantang menyerah ya? Dan kali ini Cecilia berhasil melompat dari jendela kamarnya di lantai dua dan tubuhnya tertancap pada pagar halaman yang berada di bawah jendelanya. Jadi pada akhirnya dia berhasil bunuh diri dengan sukses. Sepertinya alasan yang mendasari keputusan bunuh diri Cecilia adalah kedua orangtuanya yang terlalu over protektif.
Sementara itu, di lingkungan neigborhood keluarga Lisbon terdapat 4 orang remaja laki-laki yang mengagumi The Lisbon Sisters karena paras mereka yang cantik-cantik. Keempat cowok ini sering nggosipin kakak-beradik Lisbon dan bahkan memata-matai mereka. Sama seperti keempat kakaknya, para cowok ini juga penasaran dengan alasan sesungguhnya dari bunuh diri Cecilia. Dari diary Cecilia, diduga bahwa bunuh dirinya Cecilia berkaitan dengan cowok. But it's not. Kondisi keluarga Lisbon yang selalu suram pun tambah memburuk pasca kematian Cecilia, dan hal itu membuat Mrs.Lisbon jadi menambah pengawasan terhadap putri-putrinya.
Ketika The Lisbon Sisters yang tersisa akhirnya mendapat sedikit kelonggaran berkat kegetolan Trip Fontaine (Josh Hartnett) yang tergila-gila pada Lux, mereka malah menghancurkan kelonggaran itu. Penyebabnya adalah Lux dan Fontaine yang "berduaan" hingga subuh di lapangan sekolah pasca Prom Night yang diadakan malam itu. Tapi parahnya, setelah "having fun" dengan Lux, Fontaine meninggalkan Lux yang tertidur sendirian dilapangan itu. Hal itu kemudian yang membuat Lux tambah sakit hati dan depresi.
Lux & Trip Fontaine
Mrs.Lisbon yang marah besar karena Lux baru pulang ke rumah ketika subuh kemudian membakar semua piringan hitam band-band Rock n Roll koleksi Lux (pada saat itu aliran Rock n Roll memang masih dianggap sesat). Gak hanya itu, Mrs.Lisbon pun mengeluarkan putri-putrinya dari sekolah dan mengurung mereka didalam rumah 24 jam X selamanya (?). The Lisbon Sisters yang pada dasarnya sudah frustasi dengan kekangan dari orantuanya pun jadi tambah frustasi dan depresi. Mereka semakin memikirkan bunuh diri yang dilakukan Cecilia sebagai satu-satunya jalan keluar dari semua ini.
Ceritanya, film ini dinarasikan oleh keempat remaja cowok tetangga The Lisbon Sister. Mereka semua yang sudah tumbuh besar masih merasa penasaran dengan apa alasan sebenarnya dari bunuh diri yang dilakukan The Lisbon Sisters. Mereka berusaha menggali kebenaran lewat bukti-bukti yang berupa barang-barang pribadi The Lisbon Sisters yang mereka dapat dulu dan mereka bahkan mewawancarai Trip Fontaine dewasa. Namun tetap saja, misteri itu tak pernah terungkap.
Alur film ini menurutku gak ada masalah. Aku bisa mencerna dengan baik, walaupun aku agak kurang mudeng dengan alasan sesungguhnya mereka bunuh diri. Iya mereka memang depresi, tapi apa iya harus bunuh diri bareng-bareng? Kan bisa aja kabur dari rumah tengah malem, toh si Lux juga setiap malam "having fun" di atap rumahnya bareng bermacem-macem cowok. Dan lagi, jika dilihat dari gesture dan sifat para kakak beradik Lisbon ini, sama sekali ga ada indikasi keberanian untuk bunuh diri. Tapi pergolakan psikologis dalam diri seseorang siapa yang tahu? Jelas ini bukan cerita drama cinta nan bahagia ya... Cerita The Virgin
Suicides ini lebih mengarah ke drama psikologis. Dan butuh pemahaman
ekstra untuk mengikuti alur cerita, jadi ini bukan film hiburan. Ini
film pilihan, hoho. Jadi apa alasan sebenarnya their all commit suicide? Itu juga masih jadi misteri buatku....
The Soundtracks
Air & Todd Rundgren
Karena setting ceritanya berada di sekitar tahun 70-an, lagu-lagu yang diputar pun jadul-jadul. Tapi entah kenapa easy listening dan ada beberapa yang sampai sekarang masih nyantol di sanubariku (halah). Beberapa lagu itu adalah Run To Me-nya Bee Gees (selama ini lagu Bee Gees yang ku hafal cuma satu, Holiday, itupun karena nongol di Running Man), Playground Love-nya Air, Hello It's Me-nya Todd Rundgren, Alone Again-nya Gilbert O'Sullivan, Strange Magic-nya E.L.O dan masih banyak lagi yang semuanya klasik dan keren.
It's important to me
That you know you are free
'Cause I never want to make you change for me
-Hello, It's Me
No comments:
Post a Comment