Monday, May 26, 2014

Book Review - Three Act Tragedy by Agatha Christie

  

Judul: Three Act Tragedy (Tragedi Tiga Babak)
Penulis: Agatha Christie
Penerjemah: Mareta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 288 pages
Skor: ♥♥♥/5
"Pikiran manusia memang suatu misteri," kata Mr.Satterthwaite lembut. "Kita hanya bisa berusaha mengerti. Memang ada pribadi-pribadi yang kurang atau tidak mempunyai kekuatan untuk mengerem. Seandainya saya tahu atau saya berkata, 'Saya benci seseorang. Mudah-mudahan dia mati.' Hal itu akan lepas dari pikiran kita begitu kata-kata itu kita ucapkan. Rem itu akan bekerja secara otomatis. Tapi untuk orang-orang tertentu, ide atau obsesi itu berjalan terus. Mereka tidak melihat apa-apa kecuali realisasi ide itu."

    

Sir Charles Cartwright, seorang aktor terkenal mengadakan acara makan malam di bungalow miliknya di Loomouth. Tamu-tamu yang diundang adalah:
  1. Mr.Satterthwaite, kawan lama Hercule Poirot.
  2. Sir Bartholomew Strange, seorang dokter spesialis saraf terkemuka.
  3. Angela Sutcliffe, seorang aktris terkenal.
  4. Kapten Freddie Dacres, pengusaha kaya yang hobi berjudi.
  5. Istrinya, Chyntia Dacres, seorang penata busana yang sukses.
  6. Anthony Astor, penulis naskah drama.
  7. Lady Mary Lytton Gore, bangsawan Loomouth.
  8. Putrinya, Egg Lytton Gore, gadis muda yang enerjik.
  9. Oliver Manders, pemuda tampan  berumur 25 tahun.
  10. Mr.Stephen Babbington, pendeta Loomouth.
  11. Istrinya, Margareth Babbington.

Hercule Poirot, yang menyatakan diri telah pensiun dari kariernya sebagai detektif terkenal, juga datang ke acara makan malam ini. Dalam acara ini, terjadi sebuah pembunuhan terhadap seorang pendeta setempat, Mr.Babbington. Mr.Babbington terbunuh setelah menenggak koktail yang disajikan dalam acara makan malam tersebut. Ketika alasan kematian Mr.Babbington masih mengalami kesimpang-siuran, Sir Bartholomew Strange juga mengadakan acara makan malam serupa di kediamannya di Yorkshire. Tamu-tamu yang diundang pun serupa dengan tamu yang hadir dalam acara Sir Charles Cartwright. Yang tak datang hanyalah Mr.Satterthwaite, Sir Charles Cartwright, Margareth Babbington, dan Hercule Porot. Dan kali ini, Sir Bartholomew Strange yang terbunuh setelah menenggak anggur. Hasil penyelidikan mengatakan bahwa Sir Bartholomew Strange keracunan nikotin yang terdapat dalam gelas anggurnya.

Hal ini mau tak mau mengundang spekulasi bahwa terbunuhnya Sir Bartholomew Strange merupakan kelanjutan dari kematian Mr.Babbington. Apalagi, terdapat kemiripan yang sangat kontras dari cara keduanya terbunuh. Yaitu setelah meminum sesuatu tak lama setelah pesta dimulai. Ditambah lagi, orang-orang yang sama hadir dalam kedua pesta tersebut. Hasil penggalian ulang terhadap kematian Mr.Babbington pun membuktikan bahwa penyebab kematian Mr.Babbington adalah keracunan nikotin.

Pada awalnya, hanya Mr.Satterthwaite dan Sir Charles Cartwright yang menyelidiki kedua kematian itu. Tapi kemudian Egg Lytton Gore turut terlibat dalam penguraian misteri tersebut dan tentu saja, Hercule Poirot.

Ketika mereka berempat sedang berusaha melacak kronologis kematian Mr.Babbington dan Sir Bartholomew Strange, terjadilah pembunuhan ketiga. Kali ini yang terbunuh adalah Mrs. de Rushbridger, pasien penyakit saraf Sir Bartholomew Strange. Penyebab kematian Mrs. de Rushbridger pun sama, yaitu karena menelan nikotin. Tapi kali ini, nikotin tersebut dimasukkan dalam cokelat. Nah, jadi apa sebenarnya kaitan ketiga korban pembunuhan ini? Apa alasannya? Dan yang lebih penting, siapa pelakunya??

greenscarfemoticon greenscarfemoticon greenscarfemoticon


Dalam Three Act Tragedy, porsi Hercule Poirot sangat minim. Kebanyakan malah sepak terjang Mr.Satterthwaite, Sir Charles Cartwright, dan Egg Lytton Gore. Jadi boleh dikatakan bahwa, saya tidak puass. I want Hercule Poirot part more! Masa Poirot cuma muncul di akhir-akhir cerita doeng. Di awal pun munculnya cuma sebentar. Tapi yaaa, sudahlah. Siapalah aku ini berani ngritik-ngritik Agatha Christie,

greenscarfemoticon

Sejujurnya aku agak susah menamatkan buku ini. Aku kudu sedikit nge-push diriku sendiri untuk buru-buru nyelesaiin bacanya. Entah deh, aku agak kurang tertarik aja sama kasusnya. Situasi ini agak mirip-mirip ketika aku baca Parker Pyne Investigates. Padahal selama ini aku selalu gak sabaran kalo lagi baca buku Agatha Christie, tapi untuk dua buku ini harus ada sedikit paksaan dalam diri. I'm sorry grandma Agatha.... Suasana yang terbangun ketika baca Three Act Tragedy ini pun gak se-creepy biasanya. Padahal biasanya horror abis lho atmosfirnya. Yang ter-horror sejauh ini ya baru And Then They Were None atau Sepuluh Anak Negro. Entah kalo nanti ada yang lebih horror dari itu, karena aku hanya punya 23 dari 80 buku-buku Agatha Christie. Itupun yang kubaca selama ini baru 17 buku. Yah tapi over allThree Act Tragedy lumayanlah. Layak dapet 3 heart!



No comments:

Post a Comment