

Judul: Magic Or Madness
Penulis: Justine Larbalestier
Penerjemah: Meilia Kusumadewi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Format: Paperback
Skor: ♥♥♥♥/5
"Mereka mencoba mengalihkan perhatian kita dengan semua pilihan itu supaya kita tidak sadar bahwa saat menyangkut hal-hal penting, tak ada, pilihan. Sama sekali tak ada."
Reason Cansino tiba-tiba harus pindah untuk tinggal dengan Esmeralda, neneknya. Esmeralda si penyihir, yang banyak melakukan hal-hal mengerikan untuk memperkuat sihirnya. Itulah yang selalu dikatakan Serafina, ibu Reason, tentang Esmeralda. Serafina selalu meyakini bahwa sihir itu tidak ada, sihir itu jahat, dan karena Esmeralda adalah penyihir maka Serafina dan Reason tidak boleh berada dekat-dekat atau berhubungan dengan Esmeralda. Serafina dan Reason menjalani kehidupan nomaden di pedesaan Australia untuk menghindar dari Esmeralda. Hingga suatu ketika, Serafina kehilangan kewarasannya. Dia gila. Dan untuk itu harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa Kalder Park. Maka jadilah Reason Cansino dibawa oleh Esmeralda.
Tapi, ketika Reason menginjakkan kakinya dirumah Esmeralda, segala gambaran suram dan mengerikan yang selalu diceritakan oleh Serafina mengenai rumah Esmeralda sama sekali tak tampak. Rumah Esmeralda senormal yang bisa ditemukan di kawasan elite Sydney. Rumah itu megah, mewah, bersih, dan besar sekali. Tapi Reason tak semudah itu percaya pada Esmeralda. Sepanjang hidupnya Reason selalu dicekoki oleh Serafina tentang betapa jahat dan kejamnya Esmeralda, maka Reason memutuskan untuk menyelidiki tanda-tanda apa saja yang mengindikasikan ketidakwajaran pada diri Esmeralda. Hingga akhirnya Reason menemukan sebuah kunci tua yang tersimpan dalam laci yang terkunci dikamar Esmeralda.
Keinginan Reason untuk melarikan diri dari Esmeralda sudah ada semenjak Reason pertama kali menginjakkan kakinya dirumah Esmeralda. Dalam usahanya mencari-cari rute alternatif untuk melarikan diri, Reason bertemu dengan Tom, anak lelaki tetangga yang ternyata juga seorang penyihir. Tapi Reason belum tahu itu, dan menjalin pertemanan dengan Tom. Melalui Tom, Reason dituntun untuk mengetahui sejarah keluarga Cansino yang didominasi oleh gadis-gadis dan anehnya, mereka semua mati muda. Gadis-gadis Cansino itu rata-rata hanya mencapai umur belasan hingga dua puluh lima tahun. Hanya satu yang berhasil mencapai usia tiga puluhan. Dan hanya satu pula yang mencapai usia empat puluh lima tahun, dan dia adalah Esmeralda. Serafina sendiri berusia tiga puluh, tapi dia berakhir gila.
Hingga suatu hari, masih dalam upaya mencari celah untuk melarikan diri, Reason membuka pintu belakang rumah Esmeralda yang selalu terkunci menggunakan kunci tua yang dia temukan sebelumnya. Secara ajaib pintu terbuka dan Reason melangkah melewati pintu itu, dan mendapati bahwa dirinya diguyur hujan salju......ditengah-tengah jalanan asing New York City.
Melalui pintu belakang rumah neneknya, Reason berpindah tempat ribuan kilometer dari Sydney ke negeri asing! Di negeri ini Reason bertemu Jay-Tee, gadis yang diutus oleh "seseorang" untuk mengawal Reason. "Seseorang" itu punya tujuan pribadi terhadap Reason, begitu pula Jay-Tee..... Tapi Reason masih terlalu bingung untuk menyadari semuanya, bahwa dirinya tengah dimanfaatkan.



Bagusss, sodara-sodara. Buku ini berhasil menarik minatku untuk buru-buru nyari kelanjutannya. Banyak misteri yang tersisa, banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan ada beberapa jawaban yang belum dituntaskan. Dalam buku ini digambarkan bahwa sihir gak melulu harus baik melawan jahat. Karena sihir itu sepenuhnya jahat, berbahaya, dan hanya menawarkan pilihan-pilihan yang membuat putus asa. Karena seperti dialog diatas, "....bahwa saat menyangkut hal-hal penting, tak ada, pilihan. Sama sekali tak ada." Pilihan yang diberikan oleh Justine Larbalestier pada tokoh-tokohnya disini hanyalah; sihir dan mati muda, atau gila. Hanya dua itu saja. Tapi entah yaa, kalo nanti dibuku-buku lanjutannya ada opsi yang lebih gak bikin desperate,



Yang kusuka dari buku ini adalah nama tokoh utamanya, Reason. Mhihi, lucu ya, jadi gak berasa aneh-aneh amat kalo namaku Edelweis. Ada satu lagi yang kusuka dari buku ini; bersih! Gada typo sama sekali, ahahaha... harap diketahui aku paling benci dengan buku yang kebanyakan typo (proofreader-nya kerja gak sih?) tapi harus diakui memang rata-rata buku terbitan GPU minim typo,

Lumayan cepet juga aku baca buku ini. Seingetku 2hari. Sebenernya ini buku lama, akunya aja yang baru baca sekarang. Itupun belinya gak sengaja, asal ngambil doeng karena waktu itu lagi ada diskonan di Gramedia Sudirman. Hohoho. Jadi udah agak susah nih, nyari sekuelnya. Kudu mesen online, itupun kalo stoknya masi ada. Doain aja masih ada yaa... aku masih penasaran soalnya.
So, tunggu kelanjutan petualangan Reason, Tom, dan Jay-Tee ya!
No comments:
Post a Comment